Talk Show: Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Launching Kendhangan Ketawang

Pada Senin Pon (30/8) lalu, KHP Kridhomardowo menyelenggarakan gelar wicara (Talk Show) bertajuk Kendhangan Ketawang Gaya Yogyakarta dan Peluncuran (Launching) Notasi Kendhangan Ketawang. Agenda gelar wicara ini merupakan kali kedua yang digelar dalam rangka Uyon-Uyon Hadiluhung Selasa Wage. Acara ini disiarkan langsung melalui kanal Youtube Kraton Jogja pukul 19.00 WIB di Kagungan Dalem Bangsal Srimanganti. Para narasumber, Abdi Dalem dan kerabat kerja yang bertugas telah mengikuti tes swab dengan hasil negatif. Protokol kesehatan yang ketat diterapkan selama acara berlangsung.

Bertindak sebagai moderator, KRT Widyopranasworo, membuka sesi gelar wicara dengan narasumber pertama, Raden Penewu Ngeksibrongto. RP Ngeksibrongto memaparkan pembagian gendhing dalam karawitan gaya Yogyakarta. Dalam budaya Jawa, khususnya di Keraton Yogyakarta membedakan gendhing dalam 3 macam, yaitu Gendhing Alit (kecil), Gendhing Tengahan, dan Gendhing Ageng (besar). Gendhing Alit terdiri dari gangsaran, lancaran, bibaran, ketawang, ladrang, sabrangan, dan praja. Gendhing Tengahan terdiri dari candra, sarayuda, majemuk, dan lala. Sementara Gendhing Ageng terdiri dari jangga, semang, mawur, dan pengrawit. 

Talkshow 01 (1)

Gendhing Ketawang masuk kategori Gendhing Alit, memiliki pola tabuhan Kedhangan Ketawang. Gendhing ini biasanya disajikan untuk gelaran Uyon-Uyon, iringan seni tari dan wayang kulit, serta acara khusus lainnya. Sajian Gendhing Ketawang juga memiliki dinamika tempo yang khas dan dapat digarap dengan berbagai macam irama. 

Diskusi kedua dipaparkan oleh Kanjeng Mas Tumenggung Radyabermara, dosen Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan di ISI Yogyakarta. KMT Radyabermara membagikan paparan secara khusus tentang Gendhing Ketawang Bedhugan. Ketawang Bedhugan sebagai salah satu tetabuhan atau pengiring gendhing Jawa berbentuk ketawang dan menggantikan instrumen kendhang dengan tabuhan bedhug. “Jadi lebih mantap karena terlihat semangat dan gagahnya. Sesuai pengalaman saya, biasanya dilakukan oleh 3 orang. Satu orang memainkan kendhang ageng, yang lain memainkan kendhang batangan dan ditambah bedhug,” ujar KMT Radyabermara. Contoh Gendhing Ketawang Bedhugan antara lain, Gendhing Ketawang Gajah Hendra, Ketawang Tawang Ganjur, Ketawang Sri Kawuryan, Ketawang Sri Gumawang, dan Gendhing Melati Sari Kendangan. Selain menguatkan suasana lagu, instrumen bedhug berguna untuk menghadirkan suasana agung pada Gendhing Soran. Bedhug juga digunakan untuk iringan tari sesuai dengan reka adegan yang berlangsung. 

Diskusi selanjutnya dipaparkan oleh Mas Bekel Jayengpangrawit, guru karawitan di SMK Negeri 1 Kasihan Bantul. MB Jayengpangrawit menjelaskan tentang struktur Gendhing Ketawang untuk iringan beksan (tarian) sama dengan yang diterapkan pada sajian Uyon-Uyon atau Klenengan. Khususnya pada cak-cakkan atau penerapan instrumennya. Sebagai contoh, teknik memainkan instrumen kenong, kempul, dan gong biasa ditabuh secara tegas (pas dengan ketukan) serta tidak nggandhul (menggantung). Sajian kendhangan dalam beksan tertentu mengikuti gerak tari yang dipentaskan, namun tidak meninggalkan notasi asli Kendhangan Ketawang.

Talkshow 02

Sajian gendhing yang berfungsi sebagai iringan tidak bisa berdiri sendiri, mau tidak mau menyesuaikan dengan tujuan penggunaan. “Ada beberapa aspek yang terkadang berbenturan dengan konsep dasar karawitan secara mandiri, akan tetapi biasanya luluh atau mengalah karena kebutuhan iringan, misalnya pada iringan beksan,” tambah MB Jayengpengrawit. 

Narasumber terakhir, Bayu Purnama, M.Sn selaku dosen Karawitan di Akademi Komunitas Yogyakarta menekankan dua hal penting dalam penggunaan Gendhing Ketawang yaitu penyajian Soran dan Lirihan. Dalam garap Soran, pengendhang membawakan tabuhan kendhang dengan tekanan kuat untuk menampilkan suasana agung dan berwibawa. Sedangkan dalam garap Lirihan, pengendhang menampilkan tabuhan kendhang dengan lirih namun menyesuaikan lagu sehingga terjadi dinamika warna bunyi.

Kendhangan Ketawang memiliki perbedaan di setiap tempat permainannya. Masyarakat yang memainkan Kendhangan Ketawang dapat mengikuti dinamika selera namun tidak mengubah kalimat lagu. Hal ini sebagai bentuk perkembangan budaya dan menampilkan kreativitas seni.

Masyarakat yang ingin mengetahui tentang Kendhangan Ketawang gaya Yogyakarta dan contoh notasinya, dapat mengakses informasi lebih banyak melalui laman kratonjogja.id.