Gelaran Simposium Internasional Budaya Jawa 2024: Upacara Adat di Kesultanan Yogyakarta

Gerak olah rasa dari 4 penganthi dan 2 penari cilik menyajikan Srimpi Wiraga Pariskara berhasil memukau para peserta dan tamu undangan dalam pembukaan Simposium Internasional Budaya Jawa 2024 yang diselenggarakan di Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo. Terinspirasi dari upacara adat Tetesan, tarian persembahan Kawedanan Kridhamardawa ini merupakan karya srimpi pertama Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 yang diciptakan khusus menyesuaikan tema simposium 2024, yakni Upacara Adat di Kesultanan Yogyakarta. 

Img 4519

Pembukaan simposium dihadiri oleh Putra Dalem Putri GKR Hayu, GKR Bendara dan Mantu Dalem KPH Notonegoro. Turut hadir Siti Nugraha Maulidiah (Dirjen Informasi dan Diplomasi Kementerian Luar Negeri), Titus Haridjati (Direktur Komunikasi Pemasaran Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif), perwakilan Pura Pakualaman, Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, jajaran forum koordinasi pimpinan daerah, serta rektor dari Universitas Negeri Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Surakarta, dan Universitas Widya Mataram. Hadir pula secara daring Julang Pujianto (Duta Besar Republik Indonesia untuk Suriname), Kennsy D. Ekaningsih (Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Ceko), Ratu Silvy Gayatri (Duta Besar Republik Indonesia untuk Finlandia), dan beberapa perwakilan dari KBRI dan KJRI.

Img 4496

Dalam simposium kali ini terpilih 12 penelitian dari 96 abstrak yang masuk dengan mekanisme penyaringan dua tahap, yaitu melalui reviewer dan workshop pendampingan khusus. Pemaparannya terbagi ke dalam empat subtema dan diulas dalam empat sesi yang dilangsungkan selama dua hari. Sesi pertama bersubtema sejarah diawali dengan keynote speech oleh Honorary Professor George Quinn dari Australian National University sebagai reviewer. Sesi yang dimoderatori oleh Prof. Kuswarsantyo tersebut kemudian menelaah tiga penelitian, yakni Upacara Kraton sebagai Simbol Kedaulatan dan Kewibawaan: Kesultanan Yogyakarta Awal Abad XIX (Dr. Harto Juwono, M. Hum), Kyai Hardawalika: Mistisme Jawa Mataram di Tengah Kemelut Suksesi Tahta Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921) (Taufiq Hakim, M.A.), dan Pemberitaan Seremoni Keraton Yogyakarta dalam Surat Kabar Berbahasa Belanda Tahun 1923-1940 (Bambang Muhamad Fasya Azhara, S. Hum). 

Img 4522

Pada sesi kedua dengan subtema seni dan pertunjukan, Professor Sumarsam, Winslow-Kaplan Professor of Music, Wesleyan University sebagai keynote speaker memaparkan ulasan menarik mengenai ‘Petruk dadi Ratu’. Kemudian dilanjutkan diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Rr. Paramitha Dyah Fitriasari, M. Hum dengan tiga presentasi riset, yaitu Sejarah Upacara Garebeg di Kraton Yogyakarta (Sebuah Drama Sosial Politik) (Dr. Drs. RM. Pramutomo, M. Hum), Lir Prabudewa Tejanira: Performing the Sultan’s Divine Sovereignty during Ceremonies in Bangsal Kencana (Matheus Raoul Supriyadi, S. Psi), dan Wayang Wong Yogyakarta: Transformasi Seni Pertunjukan dari yang Elitis ke Populis (Dr. Yuliati, M. Hum). 

Img 4502

Esoknya, sesi subtema daur hidup dipandu oleh Rahmat Idris sebagai moderator.  Sesi ini diawali dengan keynote speech dari Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., Psikolog  yang menjadi pengantar dari empat ulasan riset terpilih, yakni Sajen Selametan Tingkeban: Sebuah Filosofi Masyarakat Jawa (Lia Amalia Amrina, S.S., M.A.), Relevansi Nilai Pendidikan dalam Tarapan sebagai Penanda Awal Kedewasaan Perempuan di Keraton Yogyakarta (Vina Dini Pravita, S.S., M.Si., CHE), Upacara Daur Hidup: Menelaah Makna Rites of Passage Budaya Jawa pada Perkembangan Manusia melalui Lensa Kawruh Jiwa Suryomentaram (Nadhya Azka Aulia, S.E.), dan Women in Hajad Dalem: Sociohistoric Study on Gender and Development Paradigm (Christopher Jason Santoso).

2.2. Stage Masami

Acara kemudian diselingi dengan gelar wicara bertajuk ‘Keraton Updates’ oleh GKR Hayu dan KPH Notonegoro. Menyambung bahasan dalam sesi daur hidup, GKR Hayu sedikit menambahkan tentang prosesi tingkeban yang sebaiknya tidak hanya berfokus pada gelaran pesta namun juga memberi makna dan doa dalam prosesinya. Sebagai contoh, “Kain-kain yang dipakai dalam prosesi tersebut juga sengaja dipilih sesuai dengan doa orang tua (untuk sang calon anak),” ungkap GKR Hayu. 

Selain menceritakan pengalaman pribadi dalam menjalani upacara adat, pasangan suami istri ini juga memberikan beberapa informasi terkini dari Keraton Yogyakarta, seperti upaya pencatatan lengkap lampah-lampah dalam penyelenggaraan Hajad Dalem. Juga tentang kegiatan Yogyakarta Royal Orchestra serta beragam agenda pembaruan dalam Kawedanan Kaprajuritan. 

Img 4511

Usai gelar wicara, dilanjutkan kembali sesi simposium dengan subtema lintas budaya yang dimoderatori oleh Dr. Suwarno Wisetrotomo dan keynote speaker oleh Prof. Dr. P.M. Laksono, M.A.. Sesi terakhir tersebut membahas dua hasil penelitian, yakni Traditional Ceremonies in The Sultanate of Yogyakarta and Japanese Tea Ceremony: their inheritance, community, and significance as intangible cultural heritage (Dr. Masami Okabe), Harimau dan Manusia: Representasi dan Resepsi Rampogan Macan dalam Tulisan Perjalanan Prancis (Dr. Dott. Andi Mustofa, M.A.). Selain itu, hadir pula sebagai pembicara dalam sesi ini, Sri Mulyono, S.Sn., M.Pd (Mas Lurah Cermokartiko) seorang Abdi Dalem Dalang yang mengulas tentang Upacara Adat di Keraton Yogyakarta. 

Gelaran simposium dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 dan GKR Hemas dalam tahun masehi pada 9-10 Maret 2024 tersebut berhasil menjangkau antusiasme sekitar 472 peserta luring dan 125 peserta daring. Cristo (19), mahasiswa semester empat yang juga menjadi pembicara termuda menyampaikan apresiasinya, “Kegiatannya seru dan padat. Para pemateri (lainnya) sangat bagus sekali dalam mempresentasikan gagasannya. Sesi diskusi juga berlangsung sehat dan membantu kita untuk lebih menggali atau menguri-uri kabudayaan Jawi.” 

Img 4498

Simposium Internasional Budaya Jawa tahun 2024 kemudian resmi berakhir dengan pidato penutup yang disampaikan oleh GKR Hayu selaku ketua panitia penyelenggara. Di akhir pidato, GKR Hayu mengungkap, “Kali ini, bedanya dengan tahun-tahun sebelumnya, kami announce tema untuk simposium tahun berikutnya. Supaya lebih banyak lagi yang bisa berpartisipasi dalam call for paper yang akan datang”. Maka, dalam rangkaian penutupan simposium kali ini secara resmi juga diumumkan tema simposium tahun 2025, yaitu Aparatur Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.