Sebanyak 50 Abdi Dalem Mengikuti Prosesi Siraman Kereta

Keraton Yogyakarta kembali menggelar Hajad Dalem Siraman Pusaka pada Jumat Kliwon (28/7) atau 10 Sura Jimawal 1957. Kata “siraman” maupun “jamasan” berasal dari bahasa Jawa, yang berarti memandikan atau membersihkan. Upacara ini diselenggarakan dalam rangka membersihkan benda-benda pusaka milik Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta memiliki berbagai macam benda pusaka. Mulai dari tosan aji (senjata), kereta, bendera, perlengkapan berkuda, gamelan, vegetasi, manuskrip, hingga benda-benda upacara maupun kelengkapan takhta. Benda-benda tersebut dianggap sebagai pusaka berdasarkan asal usul atau perannya dalam suatu peristiwa bersejarah.

Siraman Kreta 002

Siraman Pusaka dimaknai sebagai prosesi pembersihan pusaka-pusaka yang diwariskan oleh leluhur keraton. Selain itu, Siraman Pusaka juga menjadi upacara sakral sehingga tidak semua Abdi Dalem dapat terlibat. Setidaknya Abdi Dalem dengan gelar kedudukan atau pangkat Wedana ke atas yang dapat terlibat dalam prosesi tersebut. Tidak hanya fisik, tetapi juga rohani yang harus disiapkan oleh Abdi Dalem terpilih dalam upacara siraman. Sebelum bertugas, para Abdi Dalem akan berpuasa dan mandi terlebih dahulu untuk menyucikan diri. Para Abdi Dalem juga harus menjaga sikap, tutur kata dan perbuatan selama upacara siraman pusaka.

Setiap tahunnya terdapat dua lokasi upacara Siraman Pusaka. Lokasi pertama dilakukan di dalam kompleks Cepuri Kedhaton dan dihadiri langsung oleh Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Lokasi kedua berada di Kagungan Dalem WahanarataSiraman di dalam cepuri dilaksanakan secara tertutup, sedangkan upacara siraman kereta terbuka untuk umum namun terbatas.

Siraman Kreta 004

Abdi Dalem yang bertugas dalam prosesi siraman kereta berjumlah sekitar 50 orang, dari Abdi Dalem Kanca Rata, Abdi Dalem Kanca Sumotali dan beberapa Abdi Dalem lain. Untuk siraman Kanjeng Nyai Jimat tahun ini digelar tertutup karena memang Dhawuh Dalem tidak boleh didokumentasikan, sama seperti yang berlangsung saat ini di dalam kompleks Kedhaton yang juga digelar secara tertutup,” ungkap Raden Riya Candrakusuma.

Semenjak pagi, beberapa warga sudah menunggu di depan Kagungan Dalem Wahanarata dengan tujuan dapat menyaksikan prosesi siraman. Tepat pukul 10.30 WIB, upacara siraman kereta dimulai dengan memanjatkan doa terlebih dahulu. Kanjeng Nyai Jimat menjadi kereta utama yang dibersihkan, sementara kereta pendamping atau pendherek tahun ini adalah Kereta Kiai Harsunaba yang pernah digunakan pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VI.

Siraman Kreta 005

“Tahun ini ada dua kereta yaitu Kanjeng Nyai Jimat dan Kiai Harsunaba. Setiap tahunnya pada saat tahun baru Jawa kita membersihkan semuanya termasuk dari jiwa maupun barang-barang yang kita miliki, termasuk barang atau pusaka yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta,” tutur Raden Riya Candrakusuma, Penghageng Kagungan Dalem Wahanarata.

Usai siraman kedua kereta, masyarakat yang sudah menunggu sejak pagi berbondong-bondong mengambil air sisa yang digunakan untuk membersihkan kereta. Mereka memercayai bahwa air sisa siraman kereta mengandung berkah. Bersamaan dengan siraman kereta, dilaksanakan pula siraman pohon beringin kurung yang terdapat di tengah Alun-alun Utara. Prosesi siraman pohon beringin dilakukan dengan cara memangkas dahan pohon agar tampak rapi dan bertajuk seperti payung. Selanjutnya pohon beringin yang terdapat di sekeliling Alun-alun pun turut dirapikan.