Raden Penewu Murdo Kartikamurti, Jiwa Muda di Kawedanan Parentah Hageng

Zendy Kurniawan Narasoma belum pernah mengunjungi Keraton Yogyakarta sekali pun hingga ia melangkah ke dalamnya untuk menjadi Abdi Dalem. Pada hari bersejarah itu, ia mengawali proses meneruskan jejak pendahulunya untuk mengabdi pada kebudayaan. 

“Jujur ya saya (mungkin) belum pernah masuk ke keraton kalau nggak jadi Abdi Dalem. Jadi benar-benar hari pertama 5 Februari 2019 itu, seingat saya, saya baru masuk di Kedhaton. Jadi sangat penasaran, takut, tetapi setelah masuk ke kantor ternyata enak, semua udah senior. (Saya) merasa diayomi seperti seorang anak,” kenangnya. 

Sebelumnya Zendy merupakan surveyor lepas yang sering bepergian ke luar kota. Sang ibu rupanya kurang berkenan ia banyak meninggalkan rumah. Di saat yang sama kakeknya yang merupakan Abdi Dalem di Kawedanan Dharah Dalem hendak miji (purnatugas). Zendy pun ditawari untuk menggantikan posisinya. Dengan niat berbakti pada orang tua, Zendy menyanggupi. 

Rp Murdo Kartika 001

Keluarga mendukung pilihan tersebut. Namun, teman-temannya seolah tak percaya. Zendy bahkan mendengar selentingan mereka bertaruh dia tidak akan betah dan hanya akan bertahan beberapa bulan saja. Prasangka tersebut justru membuatnya terpacu. Ia bertekad untuk membuktikan dan ternyata ia terus berkarya hingga sekarang. 

Selain karena nyaman dalam bekerja, ia menganggap mengabdi di keraton adalah salah satu wujud upaya memelihara kebudayaan tanah kelahiran. “Jadi (kita) harus tahu akar budaya kita tuh salah satunya di Keraton Yogyakarta ini.” 

Parentah Hageng

Awalnya Zendy diterima di Kawedanan Dharah Dalem, tetapi tepat sebelum magang, terjadi perubahan hingga ia kemudian ditempatkan di Parentah Hageng. Zendy sama sekali tidak kecewa. Bahkan, ini kemudian menjadi berkah karena ia merasa cocok bekerja di kawedanan tersebut.  

Enam bulan kemudian ia diwisuda menjadi jajar dan mendapat Nama Paring Dalem Murdo Kartikamurti. 

“Jadi saya seminggu masuk di Parentah Hageng, oleh almarhum Kanjeng Pangeran Yudahadiningrat, Wakil Penghageng Parentah Hageng (saat itu), saya dilihat cukup baik. Jadi dua minggu saya sowan bekti didhawuhi besok Syawal sudah dapat ikut wisuda. Alhamdulillah, saya juga senang. karena mungkin (beliau) melihat saya serius.”

Kawedanan Parentah Hageng berada di bawah Kawedanan Hageng Panitrapura dan bertanggung jawab mengelola Abdi Dalem. Kawedanan ini terbagi atas urusan punakawan, urusan keprajan, pawiyatan, dan wisuda.

“Tugas pokoknya pelayanan mundhak pangkat, liyer mingser, dan miji. Juga ada kegiatan pawiyatan (pelatihan) dan wisuda Abdi Dalem Punakawan serta Keprajan,” jelasnya.  Liyer mingser adalah istilah untuk menyebut perpindahan tugas Abdi Dalem antarbagian atau antargolongan. 

Dalam setahun biasanya diadakan pawiyatan untuk empat angkatan. Setiap angkatan terdiri dari sekitar enam puluh peserta. Setelah lulus, tiap peserta akan mendapat partisara, sertifikat yang merupakan syarat untuk untuk naik pangkat. Baru-baru ini diadakan pula pawiyatan tambahan untuk prajurit. 

Agar pelayanan dan administrasi Abdi Dalem makin efektif, Parentah Hageng memanfaatkan kemajuan teknologi. “Parentah Hageng dan Tandha Yekti sudah (menerapkan) digitalisasi arsip, seperti kekancingan dan panyuwunan pindah liyer mingser, serta miji beserta partisara dan identitas-identitas Abdi Dalem agar semua dapat ditampung secara penuh, tidak buang-buang berkas. Lebih memudahkan untuk mencari identitas para Abdi Dalem,” jelas pemuda kelahiran 1988 tersebut. 

Rp Murdo Kartika 002

Sesuai pranatan kalenggahan, Abdi Dalem yang bergelar sarjana dapat naik pangkat setiap tahun. Murdo Kartikamurti yang memiliki gelar sarjana sosiologi secara berkala naik pangkat mengikuti aturan ini. Pada tahun kedua, ia menjadi bekel anom, lalu bekel sepuh, lurah, dan terakhir penewu pada 2023.  

Pada masa-masa awal pengabdian, ia bertugas menjadi lumaksana atau pelaksana umum. Ia membantu di belakang meja, seperti membuat minuman, menyapu, membuka dan menutup pintu kantor, serta memeriksa daftar hadir Abdi Dalem. Kemampuannya mengoperasikan komputer kemudian membuatnya diminta membantu para senior untuk membuat laporan. 

Setahap demi setahap, tanggung jawabnya meningkat. Pada 2022, ia diangkat sebagai lumaksana carik (pelaksana kesekretariatan) dan mulai ditugasi membuat laporan serta dokumen lain. Tahun 2023, ia resmi diangkat sebagai Carik III dalam usia yang masih terhitung muda. 

Sebagai carik, RP Murdo Kartikamurti bertugas menangani surat-surat yang diterbitkan Parentah Hageng, seperti biwara (pengumuman), dan undangan. “Saya bantu-bantu juga untuk laporan kahartakan.”

Selain itu, ia bertanggung jawab atas pelaksanaan pawiyatan. “Pertama, yang pasti menyiapkan pawiyatan, dari tanggal, jadwal, undangan, biwara, menyiapkan buku untuk pawiyatan, mengedarkan undangan untuk pamucal. Itu persiapannya. Kalau di lapangan, memeriksa kehadiran, juga menemani pamucal dan yang bertugas di sana, apa yang dibutuhkan pada saat pembelajaran,” jelas laki-laki lajang yang tinggal di Imogiri, Bantul ini. 

Mengenakan pakaian pranakan jangkep menjadi kebanggaan tersendiri baginya, meski busana lurik dan jarik ini dianggap sulit untuk dikenakan oleh orang kebanyakan. “Kalau orang yang nggak effort, nggak mantap, itu susah lho. Tapi, saya sudah saya niatkan dari awal. Saya pakai tiap hari. Saya bangga.” 

Mengenal keluarga sultan dari dekat juga ia rasakan sebagai keistimewaan. Selain itu, ia mendapatkan banyak pengetahuan. “Yang menarik jadi tahu silsilah, mempelajari Keraton Yogyakarta, mendalami. Jadi saya mempelajari Keraton Yogyakarta itu ya sambil jalan di Parentah Hageng. Dahulu blas nggak tahu apa-apa,” tuturnya.

Perubahan positif pun ia rasakan. “Lebih menep, lebih prasaja, lebih semeleh, tidak meledak-ledak, karena dituntut kalau menjadi Abdi Dalem itu ya lembah manah, prasaja, sendika dhawuh.” 

Rp Murdo Kartika 003

Memberi Manfaat

Jam kerja Parentah Hageng berlangung antara jam 09.00 – 14.00 WIB dari Senin hingga Sabtu. RP Murdo Kartika kadang masih mengambil pekerjaan survei selagi tidak mengganggu jam kerjanya dan bisa dilakukan di rumah, misalnya input data. “Kalau harus di lapangan kayaknya nggak bisa karena di sini saya termasuk yang dapat dibilang pokok. Kalau saya ambil libur akan terbengkalai, walau sebenarnya ada yang menggantikan tapi kan nggak enak. Itu kerjaan saya kok dikerjakan orang lain.” 

Waktu luang yang tersisa ia gunakan untuk menjalankan hobinya nonton film di bioskop, membaca buku, terutama fiksi dan self-help, bergaul dengan teman-teman, atau olahraga joging atau lari. 

Keinginannya sederhana, tetapi bermakna, yaitu menebar manfaat di tempatnya berada. Ia berniat mengabdi sesuai dengan pranatan. “Jadi Abdi Dalem yang benar-benar Abdi Dalem.” 

Rp Murdo Kartika 004

Saat berada di luar Kedhaton, ia tetap membawa nilai-nilai yang ia dapatkan di keraton. “Hal-hal kecil, pengetahuan misalnya, kalau ditanya keraton itu bagaimana, bisa menjelaskan dengan baik.”

Baginya yang penting adalah berbahagia atas apa yang sudah dicapai saat ini. “Sekarang tidak lagi (melihat) kenapa dia sudah begini, saya belum. Saya sudah melewati fase itu. Kalau yang lain sudah, (berarti) saya porsi yang lain. Saya ayem. Yang saya kerjakan ya yang ada di depan saya dulu.”

Menurutnya, sebaiknya anak muda melakukan hal-hal yang mereka minati sembari mendengarkan masukan. “Kalau ingin maju harus dari hati, yang ingin dilakukan ya dilakukan. Yang penting bahagia dulu, selesaikan dengan diri sendiri dulu, baru mengerjakan yang ingin dikerjakan. Nanti ke depannya jadi enak.”

Sementara terkait keraton, ia berharap pusat budaya Jawa tersebut akan lestari dan keistimewaannya tetap terjaga. “Keraton yang masih benar-benar berdiri dari dulu hingga sekarang, yang benar-benar berdiri bukan sekadar peninggalan museum, tapi pemerintahan yang masih berjalan saat ini. Membanggakan sekali.”