Memperingati Idul Adha 1438 H, Keraton Yogyakarta Gelar Garebeg Besar Je 1950

Dalam rangka memperingati hari raya Idul Adha 1438 H, Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar Je 1950 atau tahun 2017 Masehi pada hari Sabtu (2/9). Serupa dengan Garebeg Sawal yang telah diselenggarakan di akhir bulan Juni lalu, rangkaian upacara ini diawali dengan Gladhen Prajurit pada hari Minggu (27/8). Kemudian dilanjutkan upacara Numplak Wajik pada hari Rabu (30/8) pukul 15.30 yang dipimpin oleh puteri sulung Sultan, GKR Mangkubumi, di Panti Pareden, Kemagangan.

Gladhen Prajurit merupakan gladi bersih bregada prajurit yang nanti pada pelaksanaan Garebeg akan menempuh rute Pratjimosono, Magangan, Kedhaton, Sitihinggil, Pagelaran, dan berakhir di Alun-Alun Utara. Selain gladi bersih, juga telah dilakukan gladi kotor sebanyak tiga kali.

“Pakaian yang dikenakan para prajurit saat gladi kotor adalah kaos seragam masing-masing bregada dan biasanya hanya menggunakan tombak sebagai senjata. Kalau gladi bersih memakai peranakan biru dan senjatanya adalah tombak dan senapan,” ujar Nanang Dimas, salah seorang prajurit Dhaeng.

Terdapat 12 bregada prajurit dikerahkan untuk mengawal upacara ini. Sepuluh bregada prajurit dari Keraton Yogyakarta, yaitu Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis dan Surakarsa. Pada pelaksanaan upacara Garebeg Besar, prajurit Bugis bertugas mengawal gunungan ke Kepatihan, sedangkan prajurit Surakarsa mengawal gunungan ke Kagungan Dalem Masjid Gedhe. Sedang Prajurit Plangkir dan Drahgunder dari Kadipaten Pakualaman mengawal gunungan ke Puro Pakualaman.

Selagi Bregada Prajurit berjalan menuju Alun-Alun Utara, terdengar gendhing Kodok Ngorek yang dimainkan dari Gamelan Kyai Guntur Laut di Bangsal Sitihinggil. Setelah terdengar tembakan salvo, kelima gunungan yakni gunungan kakung, estri, gepak, darat dan pawuhan dibawa keluar dari Bangsal Pagelaran menuju ketiga tempat tujuan, Kepatihan, Masjid Gedhe, dan Puro Pakualaman.

Gunungan pada Garebeg kali ini dibawa oleh 104 orang narakarya yang mayoritas berasal dari Nglebeng, Margorejo, Tempel. Sesampainya gunungan di tempat tujuan, prosesi doa bersama dilangsungkan dengan dipimpin oleh Abdi Dalem Kanca Kaji. Setelah itu gunungan diperebutkan oleh masyarakat yang menghadiri upacara Garebeg Besar.