Dukung Peningkatan Kompetensi Konservator, Keraton Yogyakarta Gelar Pawiyatan Konservasi
- 20-12-2025
Untuk kali pertama, Keraton Yogyakarta menggelar Pawiyatan Konservasi pada Sabtu – Minggu, (13 – 14/25). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan kapasitas kompetensi para pengelola museum dan pelaku konservasi. Kegiatan yang digelar selama dua hari ini berfokus pada pengetahuan mendasar perihal langkah-langkah preventif dalam pengelolaan benda cagar budaya, khususnya kayu dan tekstil yang ada di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Adapun tajuk yang diambil adalah “Konservasi Benda Cagar Budaya Kayu dan Tekstil”. Kegiatan Pawiyatan Konservasi dikemas dalam bentuk Seminar dan Lokakarya.

“Pawiyatan konservasi yang pertama memang keraton lakukan, karena kami ingin meningkatkan skill dari SDM kita di Departemen Konservasi yang dimiliki oleh keraton. Kami hari ini juga mengundang beberapa museum untuk datang dan juga bekerjasama dengan ISI Yogyakarta untuk melakukan konservasi dan sebagainya. Ayo kita bersama-sama menggali calon-calon konservator di masa depan,” ujar GKR Bendara sebagai pemrakarsa pawiyatan konservasi.

Pawiyatan Konservasi hari pertama dilaksanakan dalam bentuk seminar yang berlokasi di Artotel Suites Bianti. Seminar ini mendatangkan sepuluh orang pembicara. Pada sesi pertama, Susan Erhards, Konservator Museum Pasifika dan Museum Macan menyampaikan materi mengenai Konservasi Benda Cagar Budaya di Daerah Tropis. Di sambung oleh Dr. Nahar Cahyandari, Kepala BPK Wilayah XXIII yang mengupas mengenai Perkembangan Konservasi Benda Cagar Budaya di Indonesia. Pada sesi kedua, Prof. Dr. Ir. Widyanto Dwi Nugroho, yang merupakan Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM memaparkan mengenai Konservasi Kayu untuk Bangunan Cagar Budaya di Indonesia. Masih di sesi yang sama, Warsono, S.SN., M.A., dari ISI Yogyakarta mengupas menjelaskan tentang Konservasi Benda Seni Berbahan Kayu. Sebelum masuk sesi rehat makan siang, Dipl. Ing. (FH) Sugiarto Goenawan dari PT. Uzin Utz Indonesia, Jakarta memberi paparan singkat mengenai Fire-Resistant Wood Coating Products, sebuah teknologi cat pelapis kayu yang tahan api.

Membuka sesi ketiga, Camella Sukma Dara, Arkeolog dan juga Direktur Kailasa Kreasi Nusantara membagikan ilmunya mengenai Konservasi Tekstil di Museum Indonesia. Sesi Ketiga ditutup oleh paparan Anna Galuh Indreswari S.SN., M.A. dari ISI Yogyakarta yang memaparkan mengenai Konservasi Tekstil. Sebagai penutup, Alfred Wirasasmita dari PT Bersinar Gemilang Sukses memaparkan mengenai teknologi Non-Destructive Analysis Instruments yang disebut XRF Analysis. Sebuah alat yang mampu mendeteksi elemen yang terkandung pada suatu benda.

Pada hari pertama Pawiyatan Konservasi, sebanyak ± 250 peserta baik dari kalangan internal Keraton Yogyakarta dan museum-museum di Jawa tampak memadati Lotus Ballroom, Artotel Suites Bianti. Para peserta tampak aktif berdiskusi dengan para narasumber pada setiap sesi tanya-jawab. Hal ini menjadi tentu menjadi awal yang baik, bagi dunia konservasi dan museum.

“Yogya sebagai salah satu kota dengan museum terbanyak di Indonesia. Saya harap pawiyatan konservasi ini untuk yang pertama dan bukan yang terakhir. Saya sangat berharap bahwa teman-teman yang peduli dengan konservasi dan juga peduli dengan museum kita, dapat mengikuti pawiyatan-pawiyatan berikutnya,” ungkap GKR Bendara.

Sementara Pawiyatan Konservasi hari kedua digelar dalam bentuk lokakarya. Berlokasi di Kagungan Dalem Wahanarata, Lokakarya dibuka oleh KRT Candrakusuma. Dalam sambutan pembukanya, Kepala Museum Wahanarata ini menegaskan bahwa Pawiyatan konservasi ini menjadi upaya Keraton Yogyakarta untuk memperkuat praktik konservasi koleksi yang tidak hanya berorientasi pada kelayakan pamer, tetapi juga pada keberlanjutan fungsi koleksi dalam kegiatan dan upacara budaya. Kegiatan ini sekaligus menjadi ruang kolaborasi, diskusi, dan belajar bersama bagi museum, institusi, dan individu yang peduli terhadap pelestarian warisan budaya. Melalui pendekatan konservasi yang kontekstual berdasarkan kearifan lokal, beretika, dan berkelanjutan, diharapkan terbangun kerja sama lintas pihak yang makin kuat, mengingat pelestarian warisan budaya merupakan upaya bersama.

Lokakarya ini berfokus pada keterampilan teknis dalam mengkonservasi benda cagar budaya berbahan kayu dan tekstil. Sebagai pembuka, MW Sutapa Dikara dari Departemen Konservasi Keraton Yogyakarta memaparkan mengenai Etika Konservasi: Menjaga Kualitas Pekerjaan dan Martabat Pusaka. Berlanjut dengan praktik Konservasi Tekstil bersama dengan Anna Galuh Indreswari S.SN., M.A. dari ISI Yogyakarta. Usai rehat makan siang, lokakarya dilanjutkan dengan praktik konservasi benda cagar budaya berbahan kayu yang dipandu oleh Warsono, S.SN., M.A., dari ISI Yogyakarta.
