Memartabatkan Bangsa, Refleksi Perang Jawa dalam Pidato Kebudayaan Ngarsa Dalem

Jumat (25/7), Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 hadir dalam Gelar Wicara 200 Tahun Perang Jawa. Ngarsa Dalem hadir sebagai representasi raja dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memberi pidato kebudayaan bertajuk Warisan Abadi Sang Pangeran. Dalam pidato kebudayaan tersebut, Ngarsa Dalem memberi gambaran bahwa peristiwa Perang Jawa bukan persoalan melawan ideologi dari penjajah dalam bentuk kesewenang-wenangan, tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan alam raya, sejalan dengan falsafah Hamemayu Hayuning Bawana.

7 07 Small

“Ajaran kepemimpinan Jawa dalam Tri Satya Brata, Hamengku Nagara, Hamangku Bumi, Hamengku Buwana yang dipegang teguh oleh Pangeran Diponegoro, dapat ditafsirkan sebagai membela negeri dan rakyatnya dari ketidakadilan kolonial; sekaligus membersihkan tanah Jawa dari pengaruh yang dianggap merusak tatanan moral. Dengan kata lain, Pangeran Diponegoro berjuang memulihkan harmoni kehidupan sesuai cara Jawa, melawan kesewenang-wenangan yang merusak hayuning bawana,” papar Ngarsa Dalem.

22 Small

Di sisi lain, Sri Sultan juga memberi tafsir terhadap peristiwa Perang Jawa yang mampu menjadi inspirasi bagi pembangunan Yogyakarta sekaligus penguatan identitas nasional. Sri Sultan memberi pandangan strategis tentang kepemimpinan Diponegoro sebagai sarana refleksi nasional, di antaranya: 1) kepemimpinan Pangeran Diponegoro berlandaskan integritas, sabar, dan tegas dalam prinsip; 2) semangat Pangeran Diponegoro dalam memegang nilai luhur bangsa agar tidak dikoyak oleh pengaruh luar; 3) Pangeran Diponegoro mengajarkan persatuan dan kesatuan lintas kelompok, demi mewujudkan ketahanan nasional.

84 84 Small

Mengantar pidato kebudayaan Sri Sultan, Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Prof. E. Aminudin Aziz., M.A., Ph.D., juga menyampaikan pidato kunci dengan fokus merawat ingatan kolektif bangsa melalui pemajuan naskah nusantara. Dalam pidato kunci, Prof Aminudin menekankan pokok tentang pemanfaatan naskah sebagai bagian dari keberlanjutan peradaban. Babad Diponegoro menjadi satu dari banyaknya naskah-naskah nusantara yang mampu membangun jejaring internasional hingga diakui sebagai ingatan kolektif dunia (Memory of The World) oleh UNESCO, pada tahun 2023.

2 Small

Perlunya memperkuat ekosistem pernaskahan melalui kemitraan dan advokasi, dalam hal ini naskah nusantara sangat berpeluang untuk menjadi sarana diplomasi budaya, baik di dalam, maupun luar negeri,” sambut Kepala Perpustakaan Nasional RI.

Puncak acara dari Gelar Wicara menghadirkan 4 panelis yang mengulas sejarah hingga refleksi semangat Pangeran Diponegoro untuk generasi mendatang. Keempat panelis tersebut antara lain: Prof. Peter Carey, Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban, M. Hum., Roni Sadewo, Dr. Eka Ningtyas, M.A., dan moderator diskusi panel Dr. Munawar Holil. 

10 Small

Acara yang berlangsung dari pukul 14:00 - 17:00 WIB, dihadiri pula oleh Staf Ahli Menteri Kebudayaan sekaligus Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional, Prof. Ismunandar, Ph.D.; Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si.; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Periode 1993-1998, Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro; Kepala Arsip Nasional Periode 1997-2003 dan Ketua Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional, Dr. Mukhlis PaEni, M.A.; Direktur Layanan dan Pemanfaatan Arsip, Eli Ruliawati, S.Sos., MAP.; Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Dr. Herry Jogaswara, M.A.; Kepala Museum Nasional Indonesia, Muhammad Rosyid Ridlo, S.Pd., M.A. atau yang mewakili; Kepala Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Diki Lukman Hakim, S.Sos., M.Hum. atau yang mewakili; Direktur KITLV-Jakarta, Marrik Bellen; dan Direktur UNESCO Office, Maki Katsuno-Hayasyikawa.

73 73 Small

Pada akhirnya, Gelar Wicara 200 Tahun Perang Jawa bukan sekadar diskusi panel dengan narasi menggebu dalam menceritakan Pangeran Diponegoro, tetapi langkah refleksi meneladani jejak semangat Sang Pangeran. Perang Jawa memang telah berjarak 200 tahun dengan hari ini, namun ingatan kolektif dan keteladanan luhur Sang Pangeran terus mendarah daging.