Uyon-Uyon Hadiluhung Senin Pon 2 Desember 2024
- 26-11-2024
Menutup bulan Jumadilawal dalam kalender Jawa Je 1958 sekaligus menjadi Uyon-Uyon Hadiluhung pamungkas pada tahun 2024, Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar Uyon-Uyon Hadiluhung. Digelar pada tanggal 30 Jumadilawal Je 1958 atau bertepatan dengan 2 Desember 2024, acara ini termasuk dalam rangkaian Hajad Dalem untuk memperingati hari kelahiran (Wiyosan Dalem) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 yang digelar setiap Senin Pon (malam Selasa Wage).
Selain menghadirkan serangkaian komposisi gendhing sebagai sajian utama, Uyon-Uyon Hadiluhung tersebut juga menggelar pertunjukan Beksan Tarunayuda. Masyarakat dapat berpartisipasi secara luring dalam agenda ini dengan kuota terbatas melalui reservasi yang telah penuh dalam waktu 1,5 jam pada Senin (25/11) lalu. Seluruh pengunjung yang akan menyaksikan Uyon-Uyon Hadiluhung secara luring diwajibkan untuk menggunakan busana sesuai pranatan atau ketentuan yang berlaku di lingkungan keraton, yakni busana pranakan (untuk putra) dan kebaya tangkeban jangkep (untuk putri).
Meski begitu, bagi masyarakat yang tidak dapat hadir langsung di Bangsal Kasatriyan pun tetap dapat menyaksikan gelaran Uyon-Uyon Hadiluhung. Sebab acara ini dapat pula disaksikan secara daring melalui siaran langsung di kanal YouTube Kraton Jogja mulai pukul 19.00 WIB.
Komposisi Gendhing
- Gendhing Pambuka: Ladrang ‘Prabu Mataram’ Laras Slendro Pathet Sanga.
- Gendhing Soran: Gendhing ‘Glendheng’ Laras Pelog Pathet Lima, Kendhangan Mawur (Tungkakan), jangkep sadhawahipun.
- Gendhing Lirihan I: Gendhing ‘Linggarjati’ Laras Slendro Pathet Enem, Kendhangan Candra, jangkep sadhawahipun. Minggah Ladrang ‘Peksi Bayak’ Laras Slendro Pathet Enem.
- Gendhing Lampah Beksan Tarunayuda.
- Gendhing Lirihan II: Bawa Swara Sekar Ageng ‘Candrakusuma’ Laras Slendro Pathet Sanga, katampen Gendhing ‘Sarjuningtyas’ Laras Slendro Pathet Sanga, Kendhangan Candra, jangkep sadhawahipun. Kalajengaken Ketawang ‘Prabu Manukma’ Laras Slendro Pathet Sanga.
- Gendhing Lirihan III: Gendhing Winata Brangta’ Laras Pelog Pathet Barang, Kendhangan Lahela/Lala. Minggah Ladrang ‘Pamularsih’ Laras Pelog Pathet Barang. Kalajengaken Ketawang ‘Gunungsari’ Laras Pelog Pathet Barang.
- Gendhing Panutup: Ladrang ‘Tedhak Saking’ Laras Pelog Pathet Barang.
Sinopsis Beksan Tarunayuda
Beksan Tarunayuda merupakan Yasan Dalem Enggal (karya tari baru) Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10. Tarian ini menceritakan pertarungan antara tokoh Sencaki dan Singamulangjaya. Pertarungan antara kedua tokoh ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lakon cerita kondang Bedhah Dwarawati saat Narayana pada akhirnya menjadi raja di Dwarawati bergelar Sri Bathara Kresna atau Prabu Kresna. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan yang hebat. Namun pada akhirnya, Sencaki berhasil mengalahkan Singamulangjaya. Sukma Singamulangjaya kemudian menyatu/menitis pada tubuh Sencaki. Peristiwa penyatuan jiwa ini merupakan awal mula Sencaki memiliki nama lain Singamulangjaya.
Menjadi sebuah kekhasan dalam beksan kakung gaya Yogyakarta, Beksan Tarunayuda digarap dengan konsep beksan sekawanan (tari yang dibawakan oleh empat orang). Ragam gerak Beksan Tarunayuda menyerap sifat dari ragam gerak kalang kinantang yang disesuaikan dengan ragam perwatakan karakter tokoh Sencaki dan Singamulangjaya. Kedua tokoh ini digambarkan memiliki karakter yang sama, yaitu berwatak keras, angkuh, sekaligus dinamis.
Pendukung Tari
Paraga Patuh
- Mg Rizal Maulana
- Mg Warih Sungging Suprobo
- Mg Oksi Kurniawan
- Mg Margantara
Paraga Bela
- MB Sinangmatoyo
- Mg Abimanyu Jalu Sasmito
Pamucal Beksa: MRy Pringgoseno
Panata Gendhing Beksan: MRy Susilomadyo
Panata Gendhing Uyon-uyon: MB Srikawuryan
Kandha: KRT Suryoamiseso
Keprak: KMT Suryowaseso
Panata Busana: MRy Dirjomanggolo
Produser: MB Pujimatoyo