Peringati Hari Anak Nasional, Keraton Yogyakarta Beri Ruang Anak-Anak Berkesenian di Bangsal Srimanganti

Sejak tahun 1984, tanggal 23 Juli telah ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional. Pada tahun ini, Keraton Yogyakarta kembali menghadirkan serangkaian kegiatan dalam rangka menyemarakkan peringatan tersebut. Salah satunya adalah Pentas Paket Wisata Srimanganti yang dikelola oleh Kawedanan Kridhamardawa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Selama bulan Juli 2023, Pentas Paket Wisata Srimanganti dirancang sebagai ruang bagi anak-anak untuk tampil dan berekspresi sesuai minat bakatnya dalam seni tradisi, khususnya gaya Yogyakarta.

Pentas Anak 001

“Selama bulan Juli, Pentas Paket Wisata Srimanganti ini diisi full oleh anak-anak dan usia remaja, kecuali pada pementasan macapat di hari Jumat. Jadi, pada hari Selasa ada karawitan atau uyon-uyon dan tarian, paraga atau pemainnya anak-anak. Kemudian Rabu ada Wayang Golek, dan Kamis ada Wayang Kulit, ini dalangnya juga dalang anak dan remaja. Lalu untuk Sabtu-Minggu, ada pentas Wayang Wong ini juga kami usahakan yang tampil adalah anak-anak dan remaja,” ungkap KPH Notonegoro, Penghageng Kawedanan Kridhamardawa.

Selama satu bulan pementasan, anak-anak yang tampil di Bangsal Srimanganti dikenalkan juga dengan busana adat padintenan yaitu sabukwala untuk anak perempuan dan kencongan untuk anak laki-laki. Busana ini wajib dikenakan untuk anak-anak yang belum mencapai masa akil balig. Sementara untuk usia anak dan remaja yang telah balig, diperkenankan menggunakan busana tangkeban dan pranakan jangkep.

Pentas Anak 002

Beberapa kelompok karawitan seperti Omah Cangkem Mataraman, karawitan SD Muhammadiyah Sapen, Sanggar Tunas Budaya Gunungkidul, dan Olifant School Yogyakarta tampil bergantian di hari Selasa pada bulan Juli 2023 dengan beragam repertoar tembang dolanan. Dalang anak dan remaja seperti Rainnori Gandi, Anom Dwi Prasetyo, Restu Angga Saktiawan, Adimas Alby Irsani, Djanggan Purba Djati, Albertus Kalis, Panggah Nawa Wibatsu, dan Bernardus Handaru Gantari juga bergantian tampil di hari Rabu dengan repertoar Wayang Golek, dan Kamis dengan repertoar Wayang Kulit.

Adapun untuk Sabtu dan Minggu, beberapa sanggar seperti Yayasan Siswo Among Beksa, Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, dan Paguyuban Seniman Tari Bantul juga turut meramaikan dengan menampilkan wayang orang. Sebagai puncak, pada Sabtu dan Minggu, 22 dan 23 Juli 2023, Pawiyatan Hamong Beksa Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat menampilkan serangkaian beksan anak dan Wayang Wong.

Pentas Anak 003

“Sebagai puncak, pas di hari H peringatan Hari Anak Nasional, Pawiyatan Hamong Beksa yang rutin gladhi (latihan) setiap hari Minggu di Kasatriyan ini yang tampil di Bangsal Srimanganti. Ada dua beksan (tarian) anak, satu untuk putra dan satu untuk putri. Dhawuh dan prosesnya sudah sejak 2 tahun lalu, namun karena pandemi kemarin, belum sempat dipentaskan. Nah pada kesempatan 22-23 Juli ini ditampilkan. Kemudian, disambung dengan Wayang Wong lakon Sayempraba Paeka,” papar RW Rogomurti yang mengemban amanah sebagai kepala sekolah atau pimpinan Pawiyatan Hamong Beksa.

Antusiasme dari masyarakat begitu tinggi dengan pementasan yang dilakukan oleh anak-anak. Hal ini juga bertepatan dengan musim libur sekolah. Setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 12.00 WIB selama bulan Juli, Bangsal Srimanganti tak pernah sepi penonton. Puncaknya pada Sabtu-Minggu, 22-23 Juli 2023, penampilan Beksan Laras Raga, Beksan Puspasari, dan Wayang Wong Anak lakon Sayempraba Paeka, berhasil menyedot perhatian.

Pentas Anak 004

Selama dua hari tersebut, acara diawali dengan serangkaian uyon-uyon yang menghadirkan tembang dolanan anak. Kemudian disusul Beksan Laras Raga dengan koreografer MB Kusalamatoyo yang pada pementasan lalu dibawakan 2 penari anak laki-laki. Beksan Laras Raga adalah karya tari yang menyajikan gerak pola dasar tari klasik gaya Yogyakarta untuk anak-anak putra dengan tujuan menyesuaikan ketubuhan. Namun, tidak menghilangkan nuansa anak yang ceria dan riang. Karya tari ini juga memuat ragam gerak membaca, menulis, dan berhitung sebagai pengajaran agar anak tak henti belajar, sebagai bekal masa depan.

Usai Beksan Laras Raga, hadir Beksan Puspasari dengan koreografer Nyi MB Sarimatoyo yang juga ditarikan 2 penari anak perempuan. Berpijak pada tari klasik gaya Yogyakarta yang disesuaikan untuk ditarikan anak-anak, Puspasari yang berarti bunga merupakan tarian yang menggambarkan keseharian anak-anak perempuan yang tengah mekar layaknya bunga. Tarian ini menceritakan anak-anak yang gemar bermain, namun juga tetap senang belajar dengan visualisasi gerak seperti ngundhuh sekar, dolanan sampur, dan menulis.

Terakhir, tampil Wayang Wong Anak lakon Sayempraba Paeka dengan sutradara MB Reksomatoyo, penata tari MB Pujimatoyo dan Nyi RB Kurniamatoyo, serta Mas Riyo Susilomadyo sebagai penata iringan. Dipetik dari cerita Ramayana, Sayempraba Paeka menceritakan tentang tipu daya Dewi Sayempraba yang tinggal di Goawindu pada Raden Senggana yang tengah diutus Prabu Ramawijaya untuk menuju ke Negara Alengkadiraja. Sayempraba membuat buta kedua mata Senggana. Dalam perjalanan mencari cara menyembuhkan matanya, Senggana dan Emban Singlon bertemu dengan Garuda Sempati yang juga tengah kesakitan akibat ulah Prabu Rahwana. Garuda Sempati pun mengobati dengan mencucuk mata Senggana menggunakan paruhnya hingga akhirnya sembuh seperti sediakala. Pun atas kuasa dewata melalui semedi Senggana, Garuda Sempati dapat kembali pulih seperti sebelumnya.

Pentas Anak 006

Dalam dua hari pementasan, Wayang Wong Anak lakon Sayempraba Paeka yang dibawakan oleh penari anak-anak baik laki-laki maupun perempuan ini mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Terutama pada adegan bertemunya Garuda Sempati dengan Raden Senggana yang memukau penonton. “Kami sempat agak sedikit kewalahan mengatur alur keluar masuk penari dengan penonton yang membludak. Untungnya tim produksi siap siaga, sehingga jalannya pementasan tetap aman dan lancar,” ungkap Nyi MB Puspitomatoyo yang pada pementasan akhir pekan lalu (22-23/07) mengemban tugas sebagai pangarsa palakerti atau pimpinan produksi.

“Dengan satu bulan kami memberi ruang bagi anak-anak untuk tampil dan berekspresi sesuai minat bakatnya dalam bidang seni tradisi di Bangsal Srimanganti, kami memberi kesempatan anak untuk belajar berani tampil di muka umum. Sekaligus harapannya bisa mendekatkan anak dengan seni tradisi adiluhung yang tentunya disesuaikan dengan masa anak-anak yang penuh keceriaan. Selamat Hari Anak Nasional, semoga anak-anak Indonesia dapat tumbuh bahagia dan menjadi generasi emas bagi negara,” tutup KPH Notonegoro.