Tata Ruang dan Bangunan Kawasan Inti Keraton Yogyakarta
- 10-07-2017
Kawasan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan bangunan cagar budaya yang terdiri dari serangkaian ruang dan bangunan yang memiliki nama, fungsi, pelingkup serta vegetasi tertentu. Serangkaian ruang-ruang terbuka di dalam keraton disebut plataran. Setiap plataran dihubungkan dengan regol atau gerbang yang merupakan pembatas antara plataran satu dengan yang lainnya.
Bangunan yang berada pada masing-masing plataran terdiri dari dua tipologi yang dikelompokkan berdasarkan struktur penyangga atap. Tipologi pertama adalah bangsal, yaitu bangunan yang memiliki deretan tiang sebagai struktur penyangga atap. Dengan kata lain tidak ada dinding sebagai penyangga atap. Sedangkan tipologi yang kedua adalah gedhong yang memiliki struktur penyangga atap berupa bidang dinding. Bidang-bidang dinding tersebut terbuat dari dua jenis material, yaitu konstruksi kayu dan batu bata.
Denah tata ruang inti Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Kawasan inti di Keraton Yogyakarta tersusun dari tujuh rangkaian plataran mulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan, sebagai berikut:
1. Pagelaran dan Sitihinggil Lor
Pagelaran dan Sitihinggil merupakan plataran pertama yang terletak tepat di sebelah selatan Alun-Alun Utara. Pagelaran merupakan area paling depan, di mana pada masa lampau berfungsi sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap Sultan ketika upacara-upacara kerajaan. Dalam memimpin upacara kerajaan, Sultan berada di Sitihinggil. Sitihinggil berasal dari bahasa Jawa “siti” yang artinya tanah atau area, serta “hinggil” yang artinya tinggi.
Sitihinggil merupakan tanah atau area yang ditinggikan karena memiliki fungsi filosofis penting sebagai tempat resmi kedudukan Sultan saat miyos dan siniwaka. Miyos adalah kondisi dimana Sultan beserta pengiringnya meninggalkan kediamannya sedangkan Siniwaka adalah ketika Sultan Lenggah Dampar atau duduk di singgasana. Pada area Pagelaran terdapat beberapa bangunan yaitu:
- Bangsal Pagelaran
- Bangsal Pangrawit
- Bangsal Pengapit (Pengapit Wetan dan Pengapit Kilen)
- Bangsal Pemandengan (Pemandengan Wetan dan Pemandengan Kilen)
- Bangsal Pacikeran (Pacikeran Wetan dan Pacikeran Kilen)
Sedangkan beberapa bangunan yang terdapat pada kawasan Sitihinggil Lor adalah sebagai berikut:
- Bangsal Sitihinggil
- Bangsal Manguntur Tangkil
- Bangsal Witana
- Bangsal Kori (Kori Wetan dan Kori Kilen)
- Bale Bang
- Bale Angun-angun
- Bangsal Pacaosan
Pada plataran ini terdapat Regol Brajanala yang menghubungkan Plataran Sitihinggil Lor dengan Plataran Kamandungan Lor.
Bangsal Sitihinggil
2. Kamandungan Lor
Kamandungan Lor merupakan plataran kedua yang hanya terdiri dari beberapa bangunan. Adapun bangunan yang terdapat di Kamandungan Lor adalah:
- Bangsal Pancaniti
- Bale Anti Wahana
- Bangsal Pacaosan
Kamandungan Lor sering disebut Plataran Keben, karena terdapat beberapa pohon besar bernama pohon keben. Regol penghubung dari Kamandungan Lor ke plataran selanjutnya adalah Regol Kamandungan atau Regol Srimanganti.
3. Srimanganti
Plataran selanjutnya adalah Plataran Srimanganti. Pada plataran ini, terdapat bangunan utama yang terletak di sisi barat yaitu Bangsal Srimanganti yang saat ini berfungsi untuk mementaskan kesenian budaya Keraton Yogyakarta dan digunakan pula sebagai tempat Sultan menjamu tamu. Di sisi timur Bangsal Srimanganti terdapat Bangsal Trajumas yang pada saat ini digunakan untuk menyimpan beberapa benda pusaka milik Keraton Yogyakarta. Selain itu di Plataran Srimanganti terdapat bangunan pendukung lainnya, yaitu:
- Bangsal Pacaosan
- Kantor Keamanan Kraton (security)
- Kantor Tepas Dwarapura dan Tepas Halpitapura
Regol penghubung antara Plataran Srimanganti dengan plataran selanjutnya, atau Plataran Kedhaton, adalah Regol Danapratapa.
4. Kedhaton
Kedhaton merupakan plataran utama yang memiliki tataran hirarki tertinggi. Kedhaton merupakan pusat dari kawasan Keraton Yogyakarta. Pada area ini terdapat dua bangunan utama yaitu Bangsal Kencana dan Gedhong Prabayeksa. Kedua bangunan ini merupakan bangunan yang dianggap paling sakral. Bangsal Kencana merupakan bangunan yang digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara penting, sedangkan Gedhong Prabayeksa digunakan untuk menyimpan pusaka-pusaka utama Keraton Yogyakarta. Bangunan lain yang ada di Plataran Kedhaton ini adalah:
- Bangsal Manis
- Bangsal Mandhalasana
- Bangsal Kotak
- Gedhong Jene
- Gedhong Trajutrisna
- Gedhong Purwaretna
- Gedhong Sedahan
- Gedhong Patehan
- Gedhong Gangsa
- Gedhong Sarangbaya
- Gedhong Kantor Parentah Hageng
- Gedhong Danartapura
- Gedhong Kantor Widyabudaya (Kraton Wetan)
- Kasatriyan
- Museum HB IX
- Museum Batik
- Museum Keramik dan Kristal
- Museum Lukisan
- Kaputren
- Masjid Panepen
- Kraton Kilen
Regol penghubung yang ada di Plataran Kedhaton dengan bagian berikutnya bernama Regol Kemagangan. Regol ini menghubungkan Plataran Kedhaton dengan Plataran Kemagangan.
Bangsal Kencana
5. Kemagangan
Pada plataran ini terdapat beberapa bangunan yaitu Bangsal Kemagangan, Panti Pareden dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan dahulu berfungsi sebagai tempat berlatih para Abdi Dalem. Pada saat ini Bangsal Kemagangan digunakan untuk pementasan wayang kulit maupun beberapa kegiatan lainnya. Pada sisi barat dan timur terdapat Panti Pareden yang berfungsi sebagai tempat pembuatan gunungan untuk upacara Garebeg. Sedangkan Bangsal Pacaosan digunakan sebagai tempat penjagaan (caos) Abdi Dalem untuk menjaga keamanan. Regol yang menghubungkan Plataran Kemagangan dengan plataran selanjutnya (Kamandungan Kidul) bernama Regol Gadhung Mlati.
6. Kamandungan Kidul
Pada plataran ini terdapat dua bangsal yaitu Bangsal Kamandungan dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kamandungan merupakan salah satu bangsal tertua yang berada di kawasan keraton. Bangsal ini diboyong oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Desa Karangnongko, Sragen atau yang dahulu bernama Sukowati. Dahulu bangunan tersebut merupakan tempat tinggal beliau pada saat perang melawan VOC. Pada plataran ini juga terdapat regol yang menghubungkan dengan Sitihinggil Kidul yaitu Regol Kamandungan Kidul.
7. Sitihinggil Kidul
Sitihinggil Kidul dahulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan para prajurit sebelum upacara Garebeg. Pada tahun 1956 di lokasi tempat Sitihinggil Kidul dibangun Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai monumen peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.