Tamanan, Kartu Bergambar Seri II
- 24-08-2021
Rubrik TAMANAN merupakan upaya Keraton Yogyakarta dalam memfasilitasi konten edukatif. Masyarakat dapat mengakses rubrik ini secara mudah dan bebas. Pada Agustus 2021, Tamanan kembali meluncurkan seri kartu bergambar (flashcard) untuk anak balita (bawah usia 5 tahun). Meski demikian, konten ini juga dapat digunakan untuk semua kategori usia yang ingin mengenal atau mengingat kembali budaya Jawa dari tahap awal.
Kartu bergambar edisi kali ini memuat Kartu Bergambar Hewan Seri II dan Kartu Bergambar Aksara Jawa. Serupa dengan edisi pertama, Kartu Bergambar Hewan Seri II juga menampilkan nama hewan dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa dan nama anak hewan dalam Bahasa Jawa. Sementara Kartu Bergambar Aksara Jawa menampilkan aksara Jawa dan pelafalannya. Sistem transliterasi aksara Jawa ke dalam aksara latin dalam kartu bergambar ini menggunakan pedoman Javanese General System of Transliteration (JGST).
Kedua tema dalam kartu bergambar ini dapat digunakan sebagai sarana bermain antara orang tua dengan anak. Aktivitas bermain tersebut dapat memberikan stimulasi ruang berpikir dan penggunaan bahasa pada anak. Pengembangan ruang emosi dan sosial anak juga dapat dikembangkan melalui interaksi positif bersama orang tua. Dengan demikian, tumbuh kembang anak menjadi lebih optimal.
Aktivitas bermain dengan kartu bergambar dapat memicu kematangan fungsi otak besar pada bagian lobus oksipitalis dan lobus temporal. Lobus oksipitalis terletak di otak bagian belakang. Bagian otak ini berperan untuk mengenali objek melalui indra penglihatan dan memahami makna kata tertulis. Sedangkan lobus temporal, terletak di kedua sisi kepala sejajar dengan telinga. Bagian otak ini berperan pada fungsi indra pendengaran, memori, bahasa, dan emosi.
Tidak hanya berguna bagi tumbuh kembang anak, pembuatan Kartu Bergambar Aksara Jawa juga bermanfaat sebagai berikut:
- Turut melestarikan nilai budaya, khususnya budaya Jawa.
- Belajar mengenal jati diri, asal-usul serta nilai luhur dalam budayanya.
- Mengaktivasi sel saraf otak yang lebih cepat dan efektif jika diperdengarkan bahasa daerah dibandingkan bahasa asing. Hal ini sejalan dengan teori hubungan gen (gen linkage) dan ketidaksadaran sosial (social unconsciousness).
- Proses pembelajaran budi pekerti, tata krama, dan norma sosial yang berlaku.
- Meningkatkan kemampuan bahasa, emosi, dan sosial pada anak.
Simak kartu bergambar, audio pengujaran, beserta panduan penggunaan pada pranala berikut.