Srimpi Muncar
- 08-08-2020
Srimpi Muncar merupakan tari klasik Keraton Yogyakarta Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1855-1877), diciptakan pada 1857, dan disempurnakan pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). ‘Muncar’ berarti gemilang atau bersinar.
Dibawakan oleh empat penari putri, beksan ini mengambil cuplikan cerita dari Kagungan Dalem Serat Menak. Dikisahkan Dewi Adaninggar, putri Cina dari negeri Tartaripura berperang melawan Dewi Kelaswara dari negeri Kelan untuk memperjuangkan cinta Wong Agung Jayengrana. Kedua putri yang sepadan itu saling adu ketangkasan dan kekuatan hingga akhirnya Dewi Kelaswara memenangkan pertarungan. Karena adanya tokoh putri Cina ini, Srimpi Muncar juga dikenal sebagai Srimpi Cina.
Dalam pementasan, kedua tokoh tersebut dibedakan terkait ragam gerak, tata busana, dan tata riasnya. Keduanya membawa senjata; keris untuk Dewi Kelaswara dan cundrik untuk Dewi Adaninggar. Dua senjata ini digunakan dalam adegan peperangan.
Naskah Tari
Catatan mengenai Srimpi Muncar dimuat dalam beberapa manuskrip yang kini disimpan di perpustakaan KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta.
Naskah Serat Beksa Bedhaya Utawi Srimpi dengan kode BS (Bedhaya Srimpi) 7 mencatat berbagai gerakan tari dan petunjuk musik (jumlah gongan), salah satunya Srimpi Muncar yang dimuat dalam subjudul Srimpi Kelaswara Gendhing Muncar.
Serat Kandha Bedhaya Utawi Srimpi berkode BS 9 juga memuat narasi dan iringan musik gamelan. Srimpi Muncar tercatat di bawah subjudul Srimpi (Gendhing Muncar).
Naskah lain ditemukan dalam Serat Kandha Bedhaya Utawi Srimpi BS 13 dan Serat Pasindhen Srimpi Utawi Bedhaya BS 16, dengan subjudul Srimpi Cina (Gendhing Muncar). Naskah-naskah tersebut memuat teks sindhenan (lirik vokal sindhen) dan kandha (narasi).
Musik Pengiring
Sepenggal bait tersebut merupakan Bawa Swara Sekar Tengahan Sari Mulat yang dilantunkan sebagai pembuka pementasan Srimpi Muncar. Lewat syair ini kedua tokoh cerita diperkenalkan.
Layaknya tari Srimpi pada umumnya, Srimpi Muncar mengambil nama dari gendhing utama yang digunakan, yaitu Gendhing Muncar Laras Pelog Pathet Barang. Adapun urutan gendhing yang dibawakan adalah:
- Lagon Wetah Laras Pelog Pathet Barang,
- Ladrang Gati Bima Laras Pelog Pathet Barang,
- Lagon Jugag Laras Pelog Pathet Barang,
- Kandha Beksa Srimpi Muncar,
- Bawa Swara Sekar Tengahan Sari Mulat,
- Gendhing Muncar Laras Pelog Pathet Barang,
- Ladrang Grompol Laras Pelog Pathet Barang,
- Ayak-ayak Laras Pelog Pathet Barang,
- Srepegan Laras Pelog Pathet Barang,
- Ketawang Mijil Sulastri Laras Pelog Pathet Barang,
- Ayak-ayak Laras Pelog Pathet Barang,
- Lagon Jugag Laras Pelog Pathet Barang,
- Ladrang Gati Layar Laras Pelog Pathet Barang.
Gendhing Muncar dibunyikan dengan seperangkat gamelan serta tambahan instrumen musik barat, seperti biola, terompet, trombon, dan tambur. Instrumen tersebut dimainkan untuk mengiringi bagian kapang-kapang Srimpi, saat penari berbaris masuk dan keluar dari ruang pementasan. Selain itu juga mengiringi bagian balungan lamba dan balungan nglagu Ladrang Grompol Laras Pelog Pathet Barang.
Gerak Sojah
Srimpi Muncar memiliki ragam gerak khusus yang dinamakan sojah. Gerak ini juga terdapat dalam Srimpi Teja. Kedua tari tersebut mengisahkan cerita yang hampir sama, yakni pertikaian yang melibatkan putri Cina. Gerak sojah menunjukkan bahwa sang putri Cina gugur dalam peperangan. Gerakan ini diawali dengan tawing kiri njimpit sampur, posisi badan membungkuk seperti bersujud, kemudian beralih tawing kanan njimpit sampur di hadapan Dewi Kelaswara.
Tata Busana dan Rias Penari
Tokoh Dewi Adaninggar mengenakan busana yang meliputi kain motif cindhe, baju lengan panjang dengan kerah tegak berbahan satin, sampur cindhe, mahkota pupuk berupa kain yang disulami koin-koin emas, cundhuk mentul, rambut klabangan dan sanggul. Aksesoris lain yang dipakai adalah kain slempang, rimong, gelang tangan, subang, gelang kaki, cincin, senjata cundrik, slepe, dan kelat bahu. Rias wajah dibuat cantik dengan penegasan garis ujung mata ke arah telinga untuk memberi kesan sipit. Pipi dan kelopak mata dirias rona kemerahan untuk mempertegas aura putri Cina.
Tokoh Dewi Kelaswara memakai kain motif parang gurdha latar putih, baju rompi beludru dengan hiasan sulam bordir keemasan. Kepalanya dilengkapi aksesoris jamang dengan hiasan bulu burung kasuari, sumping ron, cundhuk mentul, jungkat, sanggul gelung sinyong yang diberi ceplok (bunga) jebehan serta pelik, dan subang. Aksesoris lainnya adalah sampur cindhe, kalung sungsun, slepe, kelat bahu, gelang tangan, dan senjata keris. Matanya dirias dengan gaya jahitan, sementara pipi depan telinga diberi tempelan godheg.
Perkembangan Srimpi Muncar
Srimpi Muncar pernah dipentaskan untuk memeriahkan upacara pernikahan putri Sri Sultan Hamengku Buwono VII, GKR Timur, dengan KGPAA Mangkunegoro VII pada 6 September 1920. Beksan ini cukup populer karena digunakan sebagai materi pembelajaran tari putri saat tari keraton mulai diajarkan di luar lingkup istana, melalui Sekolah Seni Kridha Beksa Wirama pada 1918. Sekolah seni tersebut didirikan oleh BPH Suryadiningrat dan GPH Tejokusumo. Di sekolah inilah, putri tunggal GKR Timur dengan KGPAA Mangkunegoro VII, yakni GRAj Siti Nurul Kamaril, belajar Srimpi Muncar lalu menggubahnya ke dalam versi berbeda yang kemudian dikenal sebagai Srimpi Muncar gaya Mangkunegaran.